Monday, August 22, 2011
5 Film Perampokan Bank Terbaik
Banyak kisah kehidupan manusia yang menjadi inspirasi dalam pembuatan film. Tak terkecuali kisah kriminal seperti perampokan bank. Kantor berita Associated Press (AP) memilih lima film yang khusus menceritakan secara spesifik perampokan bank. Bukan film yang hanya adegan perampokan sebagai fitur tambahan.
Berikut adalah lima film perampokan bank terbaik:
1. 'Dog Day Afternoon' (1975)
Film 'Dog Day Afternoon' merupakan salah satu karya terbaik sutradara Sidney Lumet. Film ini sudah tidak diragukan lagi pasti masuk dalam daftar film perampokan bank terbaik. Di film 'Dog Day Afternoon', aktor watak Al Pacino berhasil memerankan seorang perampok bank bernama Sonny yang memerlukan uang untuk membiayai operasi trans gender kekasihnya. Dalam film tersebut, Sonny sukses memberikan kejutan, terutama saat ia berinteraksi dengan penjaga bank dan teller. Meski seorang perampok, Sonny justru terlihat peduli dengan mereka. Akting Al Pacino di film ini dianggap sebagai yang terbaik sepanjang kariernya.
2. 'Bonnie and Clyde' (1967)
Film klasik garapan sutradara Arthur Penn ini sukses membawa nama Bonnie dan Clyde identik dengan kejahatan yang yang diselingi nuansa romantis. Film ini dinilai sangat hidup, lucu sekaligus menegangkan. Akting Faye Dunaway dan Warren Beatty sebagai perampok bank sangat menarik untuk disimak. Film ini sukses meraih 10 nominasi Academy Awards dan memenangkan dua penghargaan untuk kategori aktris pembantu terbaik (Estelle Parsons sebagai saudari ipar Clyde) dan sinematografi.
3. 'Heat' (1995)
Film berdurasi hampir tiga jam ini menampilkan karya terbaik sutradara Michael Mann, mulai dari visual hingga aksi kekerasan. Film ini mengeksplorasi area abu-abu dimana pria jahat dan pria baik sulit dibedakan. Film bertema perampokan bank ini lagi-lagi dibintangi Al Pacino. Berbeda denganperannya di film 'Dog Day Afternoon', dalam film ini, Al Pacino justru memerankan seorang polisi detektif Los Angeles. Sementara karakter antagonis atau perampok bank diperankan Robert De Niro. Film ini juga dinilai menampilkan adegan baku tembak yang epik.
4. 'Inside Man' (2006)
Film yang dirilis pada 2006 silam ini benar-benar menunjukkan karakter sang sutradara, Spike Lee. Film ini berkisah tentang perampokan yang direncanakan dengan sangat cermat oleh sekelompok bandit. Sedikit humor membuat film ini menjadi lebih santai dan sedap ditonton. Denzel Washington memerankan detektif NYPD yang bernegosiasi dengan para perampok bank. Sementara Clive Owen sukses memerankan pimpinan perampok yang berkarakter tenang dan sombong. Film ini juga didukung aktor dan aktris bertalenta seperti Jodie Foster, Christopher Plummer, Chiwetel Ejiofor, serta Willem Dafoe.
5. 'Point Break' (1991)
Jauh sebelum sutradara Kathryn Bigelow memenangkan Piala Oscar untuk film 'The Hurt Locker', ia adalah salah seorang wanita yang gemar membuat film aksi. Film 'Point Break' menjadi salah satu karya Kathryn Bigelow yang patut ditonton. Dalam film ini, aktor Keanu Reeves berperan sebagai agen FBI bernama Johnny Utah. Ia melakukan penyamaran dalam rangka menangkap sekelompok perampok bank yang selalu mengenakan topeng Presiden AS dalam setiap aksinya. Adapun pimpinan perampok diperankan Patrick Swayze dengan apik. (Rudy Bun) (adi)
• VIVAnews
Monday, August 15, 2011
Mengapa Film Horor Disukai?
Di Amerika Serikat (AS), jutaan orang rela menghabiskan banyak uang demi kesenangan menakutkan seperti Halloween. Berikut penjelasan mengapa orang menyukai sensasi ketakutan.
Mulai dari rumah berhantu hingga film horor, remaja hingga dewasa nampaknya menyukai ketakutan yang ‘menyenangkan’. “Orang menonton film horor karena ingin takut,” ungkap editor ‘Why We Watch: The Attractions of Violent Entertainment’ Jeffrey Goldstein.
Profesor sosial dan psikologi organisasi di University of Utrecht, Belanda, ini mengatakan, orang memilih hiburan yang bisa mempengaruhinya. “Itulah alasan orang memilih produk hiburan seperti film horor,” ujarnya.
Sensasi Sinister
Menurut dekan College of Social and Behavioral Science David Rudd di University of Utah, orang-orang menikmati perasaan takut dan mencari-cari perasaan itu karena, jauh di lubuk hati, mereka tahu mereka tak sedang dalam bahaya nyata.
Orang-orang ini memahami risiko nyata kegiatan tersebut. Yakni, marjinal, dan karena kesadaran mendasarinya, orang-orang ini mengalami kegembiraan bukan ketakutan yang sebenarnya, jelas Rudd.
Inilah sebabnya orang menikmati saat pergi ke wahana taman hiburan yang mengerikan dan menyurusi rumah hantu bertema Halloween. Kebanyakan orang dewasa dan remaja mampu mengukur secara realistis tingkat aktual ancaman yang mampu merangsang ketakutan mereka dan mengaitkannya dengan tingkat keselamatan mereka.
Misalnya, menonton film horor tak menimbulkan ancaman fisik. Karena hanya ada ancaman psikologis kecil, mereka hanya akan mendapat mimpi buruk sebagai akibat menonton film itu. Karenanya, sebagian besar penonton merasa aman menonton film seperti itu, dan bersemangat karenanya, bukan takut.
Skala toleransi terror
Beberapa orang dewasa dan kebanyakan anak kecil tak bisa mengukur hal tersebut dengan benar dan mereka pun merasakan ancaman yang lebih tinggi daripada itu. “Pengalaman ketakutan ‘nyata’ terjadi saat penilaian ancaman lebih besar dari keselamatan,” ujar Rudd.
Orang-orang yang takut terbang menilai ancaman kecelakaan dalam mode yang tak realistis dan tak proporsional karena itu sebenarnya lebih aman dari menyetir, lanjutnya. “Sebagai hasil penilaian yang salah, mereka mengalami ketakutan”.
Inilah mengapa anak-anak bisa dengan mudah menjadi ketakutan dibanding orang dewasa. Hal ini dikarenakan pengalaman yang kurang saat mengukur keselamatan dari hal-hal seram yang mereka lihat, mulai dari kostum raksasa mengerikan hingga kerangka berbicara.
Anak kecil bisa melihat Halloween yang menyenangkan sebagai ancaman serius pada keselamatannya, dan menjadi benar-benar ketakutan. Orang dewasa sudah terbiasa dari waktu ke waktu dan jauh lebih baik dalam menilai, ujar Rudd.
“Semuanya hanyalah terkait penilaian risiko, orang dewasa jauh lebih baik dari anak-anak. Hal ini merupakan sesuatu yang kita pelajari dari waktu ke waktu, hal ini merupakan bagian kematangan”.
Subscribe to:
Posts (Atom)