Hampir
di seluruh pelosok Nusantara, mitos atau legenda hidup dengan suburnya dan
menjadi ciri khas daerah tersebut. Banyak yang tidak masuk akal dan sepertinya
hanya sebuah dongeng pengantar tidur anak-anak. Tapi begitulah sifat mitos atau
legenda. Soal benar dan salah menjadi urusan kesekian. Termasuk legenda Harimau
Lembah Harau di Payakumbuh, kabupaten Lima Puluh Koto, Sumatera Barat, yang
terkenal dengan sebutan kota Batiah. Batiah sendiri sebuah makanan semacam rengginang.
Lembah
Harau berjarak sekitar sepuluh kilo dari pusat kota Payakumbuh. Lembah Harau
sendiri mempunyai sejarahnya sendiri, meskipun lebih kepada semacam legenda
juga. Menurut hikayat, dulunya di atas tebing berdiri sebuah kerajaan.
Sedangkan lembahnya merupakan lautan. Suatu hari, putri kerajaan memilih terjun
ke laut karena tak diizinkan menikah dengan lelaki yang disukainya. Sang raja
lalu memerintahkan rakyatnya mencari jasad sang putri. Namun hingga laut
dikeringkan, jenazah sang putri tetap tak ditemukan. Laut yang menjadi daratan
itu kini dikenal sebagai Lembah Harau.
Legenda tersebut diperkuat oleh temuan dari survey team geologi
Jerman (Barat) yang meneliti jenis bebatuan yang terdapat di Lembah Harau pada
tahun 1980. Dari hasil survey team tersebut dapat diketahui bahwa batuan yang
ada di perbukitan Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat yang
merupakan jenis bebatuan yang umumnya terdapat di dasar laut.
Memasuki
lembah Harau, seperti berada dalam sebuah benteng yang melindungi dari serangan
musuh paling berbahaya. Tinggi
pagar tebingnya sekitar 150-200 meter. Tebing itu
tegak dengan kokohnya yang
mengelilingi lembah. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus menantang untuk olah raga panjat tebing. Saat
ini kawasan lembah Harau sudah menjadi Taman Wisata Lembah Harau dan mempunyai
tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian
masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut
mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau.
Di Lembah Harau terdapat hutan lindung di dalamnya hidup beberapa
binatang langka asli Sumatera. Di antara satwa tersebut adalah monyet ekor panjang, primata jenis Maccaca
Fascicularis. Bila beruntung, juga bisa menyaksikan harimau Sumatra, beruang,
tapir dan landak yang hampir punah.
Lembah Harau sudah lama menjadi perhatian orang. Sebuah monumen
peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta (pintu
gerbang belok ke kiri) menjadi bukti kalau lembah ini sudah sering dikunjungi
sejak 1926. Selain keindahan alam tadi, keelokan lain masih betebaran di
sekitar Lembah Harau. Di dataran tingginya, Anda bisa menemukan cagar alam dan
suaka margasatwa seluas 270,5 hektare.
Sedangkan
soal legenda Harimau Lembah Harau sendiri adalah cerita penduduk Paakumbuh yang
mempercayai selain adanya harimau sumatera asli, ternyata ada harimau
jadi-jadian (siluman) yang hidup di lembah Harau. Penduduk setempat menyebutnya
inyiak. Begitu masuk gerbang
lembah harau, beloklah ke kiri dan terus masuk ke dalam lembah dan setalah
melewati tiga kampung, sampailah di daerah tujuh bukit yang terdapat sebuah goa. Di goa inilah dahulu
kala bertapa seorang pendekar sakti yang akhirnya menjelma menjadi harimau atau
inyiak. Pertapa sakti yang menjelma menjadi harimau inilah yang menguasai
lembah harau. Bahkan kemudian inyiak mampu menguasai wilayah gunung Singgalang
dan wilayah gunung Merapi.
Inyiak berhubungan dengan orang-orang bunian atau makhluk halus yang juga mendiami tiga
wilayah: Lembah Harau, Singgalang
dan Merapi. Jadi kalau ada orang pernah bertemu dengan inyiak diyakini orang
itu akan diambil orang-orang bunian dan tidak akan pernah bisa kembali ke dunia
nyata.
Sebagai
catatan: legenda ini sudah dibuat film televisi yang sudah ditayangkan televisi
swasta nasional tahun 2008 berjudul Harimau Lembah Harau –ceritanya juga soal
harimau siluman tapi tidak menceritakan pertapa sakti dan orang bunian.
No comments:
Post a Comment