Sebagaimana kota-kota,
sungai mempunyai sejarah yang panjang dan tidak kalah terkenal. Khusus di Pulau
Jawa, banyak sungai yang legendaris. Sungai Berantas di Jawa Timur yang dulu
terkenal sebagai urat nadi Majapahit, Bengawan Solo yang terkenal ke seluruh
dunia karena lagu ciptaan Gesang, Ciliwung yang telah sangat meng-Indonesia
karena banjirnya. Sedanghkan di Jawa Tengah di bagian tengahnya, mengalir
Sungai Serayu yang nyaris di lupakan.
Sungai ini berhulu di
pegunungan Dieng dan bermuara di Samudera Hindia melewati Wonosobo,
Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto/Banyumas, Kebumen dan Cilacap. Seperti
sungai-sungai lain yang menebar terornya dengan banjir, Serayu juga mempunyai
masalah tahunan yang kompleks itu. Khususnya untuk masyarakat Banyumas, Kebumen
dan Cilacap, karena letaknya yang relatif rendah di banding daerah aliran
Serayu lainnya. Dan ternyata soal banjir telah menjadi kegiatan rutin tahunan
sejak jaman dulu kala.
Dalam buku babad (sejarah)
Bandjir Serajoe Banjoemas tahun 1582, tertulis kalimat: Ana Utjeng Mentjlok Ing Manggar artinya: "Ada Uceng (sejenis ikan) hinggap di
Manggar (mayang kelapa)". Ungkapan itu menunjukkan bahwa pada tahun 1582
pernah terjadi banjir Serayu yang besar dengan genangan air setinggi pohon
kelapa sehingga ada ikan yang hinggap bunga buah kelapa.
Di Banjarnegara, Serayu
membelah kota sawah itu (Banjar = sawah) dan telah dimanfaatkan untuk
menghidupi petani sejak dulu kala. Tapi irigasi untuk pertanian dibangun sejak
jaman kolonial. Beberapa proyek irigasi yang memanfaatkan Sungai Serayu yaitu
Jaringan Irigasi Singomerto dan Banjarcahyana yang letaknya 1 km dari pusat
kota Banjarnegara. . Tahun 1938 dibuat
sifon (saluran bawah tanah) di bawah anak sungai Serayu, yaitu Banjarcahyana. Presiden
Soekarno mengunjungi bangunan itu tahun 1952 dan sangat mengaguminya. Di situ
pula pertemuan tiga sungai: Serayu, Merawu dan Palet.
Serayu juga dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik tenaga air yaitu PLTA Mrica, yang terletak di desa
Binorong, kecamatan Bawang kira-kira 10 km dari pusat kota ke arah barat.
Bendungan yang dinamakan Bendungan Panglima Besar Soedirman yang di operasikan
mulai tahun 1988 yang diresmikan Presiden Soeharto, dan memiliki kapasitas
terpasang 184,5 megawatt untuk memasok 30% kebutuhan listrik Jawa Tengah. Tidak
hanya untuk pembangkit listrik, air bendungan tersebut juga dimanfaatkan untuk
mengairi sawah di tiga Kabupaten, Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. Masih
merasa kebutuhan listrik Jawa Tengah kurang, dibangun lagi PLTA Tulis di kecamatan Pagentan, yang
memanfaatkan anak sungai serayu lain yaitu Kali Tulis.
Seperti juga pertumbuhan
kota-kota, ‘Kota Sawah’ ini telah mulai tergerus jaman karena kontribusi sector
pertanian semakin menyusut. Rata-rata turun 2 persen tiap tahunnya. Kelihatan
kecil tapi seperti kata pepatah, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
Padahal secara geografis, lebih dari separuh wilayah kabupaten ini merupakan
pegunungan. Secara umum Kabupaten ini dibagi menjadi 3 zona:
- Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Zona ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang dan terdapat beberapa puncak gunung, seperti Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu.
- Zona Tengah, merupakan zona aliran sungai Serayu yang cukup subur.
- Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu.
Di pulau jawa ada tiga jalur utama yaitu
Pantura atau Pantai utara jawa dan jalur selatan. Tapi yang tidak banyak
dikenal dan dipergunakan adalah jalur tengah yang melintasi jalur utama
Banjarnegara yang merupakan jalan provinsi yang menghubungkan antara kabupaten Banyumas di bagian Barat dengan Magelang dan Semarang
di bagian Timur. Selain itu terdapat jalan provinsi yang menghubungkan
Banjarnegara dengan kabupaten Batang,
melintasi Dataran Tinggi Dieng.
Kuliner khas Banjarnegara yang sudah
melanglang buana adalah Dawet Ayu dan tempe mendhoan (khusus tempe mendoan
hampir semua wilayah ex Karesidenan Banyumas juga tersedia). Dawet ayu adalah
jenis minuman yang Terbuat dari Cendol Tepung beras, gula aren, gula Kelapa,
santan dan kadang di kombinasi dengan nangka. Dan cendol biasanya berwarna
Hijau. Sedangkan buah yang paling terkenal adalah salak –terutama salak pondoh,
dimana di pusat kota terdapat pasar khusus salak.
Seperti
Bengawan solo yang dijadikan inspirasi lagu keroncong dan terkenal sampai
mancanegara, Serayu juga menjadi inspirasi seorang komposer bernama Soetedja
dengan menciptakan lagu berjudul Di Tepinya Sungai Serayu tahun 1940an. Soal
terkenal lagu Bengawan Solo jauh lebih terkenal (disamping juga karena
sungainya sendiri begitu terkenal sejak jaman purbakala, dimana Jaka Tingkir
menyusurinya dengan diiringi empatpuluh buaya menuju Demak). Kenapa lagu Di
Tepinya Sungai Serayu tidak mampu seterkenal Bengawan Solo? Ada rumus dagang
yang mesti terlibat, tapi rumus keberhasilan lainnya adalah tidak pernah bisa
diurai kenapa ini bisa dan lainnya tidak. Jadi lebih baik nikmati saja
lagunya:
ditepinya
sungai serayu
waktu fajar menyingsing
pelangi merona warnyanya
nyiur melambai-lambai
waktu fajar menyingsing
pelangi merona warnyanya
nyiur melambai-lambai
warna air
sungai nan jernih
perahu berkilauan
desir angin lemah gemulai
aman tenteram dan damai
perahu berkilauan
desir angin lemah gemulai
aman tenteram dan damai
gunung slamet
nan agung
tampak jauh di sana
tampak jauh di sana
ref:
bagai sumber kemakmuran
kerta kencana
indah murni alam semesta
tepi sungai serayu
sungai pujaan bapak tani
penghibur hati rindu
bagai sumber kemakmuran
kerta kencana
indah murni alam semesta
tepi sungai serayu
sungai pujaan bapak tani
penghibur hati rindu
No comments:
Post a Comment