Tuesday, December 30, 2008
MOOD MENULIS SKENARIO
Pernah suatu kali seorang teman penulis skenario berkata begini, “Ah gue lagi nggak ‘mood’ nih, padahal lagi dikejar deadline.” Saya tidak tahu sudah berapa lama teman saya ini menjadi penulis skenario, saya tahunya dulu bukan penulis skenario. Tapi apa yang terjadi dengan teman saya ini seharusnya dihindari dan jangan sampai terjadi. Dalam menulis, seseorang tidak bisa mengatasnamakan ‘mood’ untuk memulai menulis. Apalagi menulis sudah menjadi pekerjaan tetap. Bagaimana kalau menulis menunggu ‘mood’, sementara dapur kita tidak bisa menunggu ‘mood’ untuk memasak. Istri dan anak kita tidak bisa menunggu ‘mood’ untuk membeli baju dan mainan.
Ide itu bisa diminta dan diperjuangkan. Karena modal dasar seorang penulis (dalam hal ini penulis skenario), harus mampu mempunyai ide sebanyak mungkin yang sewaktu-waktu bisa ‘diminta’. Ketika ide ini ‘diminta’, ketepatan waktu adalah hal utama dan harus disiplin. Caranya menurut saya harus lahap membaca buku apasaja, menonton berbagai jenis tontonan –bukan hanya film dan juga melatih intuisi. Melatih intuisi termasuk di dalamnya ada hal yang disebut dengan ‘timing’.
‘Timing’ ada dua jenis, ‘timing’ dalam arti waktu yang sebenarnya dan ‘timing’ dalam arti ‘mengerti’ situasi. Saya melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bandung membutuhkan ‘waktu’ 2,5 jam. Tapi ketika saya menyatakan cinta kepada seorang wanita, saya harus tahu ‘waktu’ (timing) –karena kalau salah timing bisa ditolak. Dua hal berbeda kan? Jadi masalahnya pada kepekaan kita melihat situasi.
Akan tetapi ‘timing’ yang tepat dan menulis ketika sedang ‘mood’ bukan jaminan keberhasilan sebuah tulisan menjadi bagus dan berkualitas. Rumus keberhasilan adalah hal yang susah untuk dipahami. Ketika kita merasa tulisan kita sudah bagus, bisa menjadi lain ketika orang lain yang membacanya. Jadi yang harus terus menerus dilakukan adalah terus menulis, terus membaca dan menonton serta berdiskusi dengan sesama penulis –terutama dengan yang lebih jago.
Seorang penulis skenario yang baik harus siap setiap saat ketika dibutuhkan untuk menulis. Harus siap juga merevisinya dalam waktu yang sangat cepat. Menulis skenario pada draft pertama, pastilah akan banyak masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan produksi film. Masukan inilah yang menjadikan skenario membutuhkan revisi –dan biasanya waktu yang diberikan kepada penulis skenario sangat sedikit. Saat ini semua terjadi, penulis skenario tidak bisa menunggu ‘mood’.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
SETUJUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
Post a Comment