Tuesday, December 30, 2008
SKENARIO DAN SENI PERAN
Kalau ada penonton film tertawa padahal bintang film yang memainkannya bukan seorang pelawak, maka dipastikan hal itu disebabkan kekuatan skenarionya. Memang factor seorang pemain juga menentukan, sejauh mana pemain itu mampu mengkhayati peran yang dimainkannya tersebut. Tapi sekali lagi factor kekuatan scenario menjadi factor penting bagi keberhasilan film itu sendiri.
Makanya kalau ada sebuah film komedi yang pemainnya sudah mengandalkan seorang pelawak tapi lemah dalam scenario, jangan mengharap film itu menjadi film komedi yang baik dan lucu. Sambil mengharapkan scenario yang kuat, factor sutradara dan pemain juga tak kalah penting. Kalau pemain itu seorang pelawak sungguhan, hal yang terjadi bukan lagi masalah lucu, tapi masalah acting. Bagaimanapun, seorang pelawak tidak dengan sendirinya mempunyai akting bagus. Karena acting perlu latihan khusus.
Membuat scenario komedi tidak berbeda dengan membuat scenario cerita film dengan tema lain pada umumnya. Plot atau alur ceritanya yang membedakannya. Di Indonesia film komedi masih cenderung mengandalkan slapstik. Jadi scenario hanya menuntun kepada karakter tokohnya yang lucunya dibuat dan dipaksakan, lebih banyak bermain gestur tubuh dan serba kebetulan. Jadi hanya sebatas hiburan belaka yang tidak banyak implikasinya kepada penonton. Berbeda dengan film komedi yang mengandalkan dialog lucu terus ditunjang dengan gambar yang mendukung.
Film komedi Indonesia yang lucunya bisa dirasakan sampai sekarang adalah KEJARLAH DAKU KAU KUTANGKAP yang ditulis Almarhum Asrul Sani. Film komedi lainnya yang ditulisnya adalah KELUARGA MARKUM, OMONG BESAR. Ada juga Almarhum Nyak Abbas Akup yang menulis scenario sekaligus menyutradarainya. Karyanya antara lain KIPAS-KIPAS CARI ANGIN. Genersi setelahnya diwaranai dengan film-film komedi Warkop DKI, Doyok Kadir.
Menjadi penulis scenario komedi bisa jadi membutuhkan keahlian tersendiri. Referensi kelucuannya benar-benar harus banyak dan up to date, peka terhadapa masalah sekitarnya. Tapi Idealnya seorang penulis scenario, termasuk untuk jenis komedi, adalah seorang pelaku sekaligus pengamat berbagai permasalahan kehidupan yang berusaha diungkapkannya lewat sebuah tulisan. Masalah yang diangkat haruslah menarik dan sesuai dengan seleranya yang subyektif, meski permasalahannya sendiri bersifat netral. Seorang penulis scenario tiak mungkin bisa menuliskan ceritanya tanda didasari pengetahuan, pengalaman, dan persepsinya terhadap dunia realitas.
Lucu atau tidak lucu sebuah scenario yang ditulis harus diuji lebih dahulu oleh orang yang membacanya pertama kali. Karena menurut kita sudah lucu, siapa tahu selera humor orang lain lebih tinggi dari kita. Tapi sering kali, hal yang paling lucu adalah ketika kita bisa menertawakan diri kita sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment