Wednesday, January 7, 2009

FAKTA DAN FIKSI


Apakah Laskar Pelangi sebuah novel? Paling tidak penerbit dan para pengulas di Koran dan media lainnya menyebutnya sebagai novel. Dengan demikian wilayah laskar pelangi adalah fiksi. Tapi masalahnya isi dari Laskar pelangi diilhami dari kehidupan nyata Andrea Hirata dan teman-temannya di Pulau belitong. Pulau Belitong sendiri fakta. Sekolah SD Muhamadiyah mereka yang mao rubuh juga fakta. Penulisnya sendiri yang bisa kuliah sampai di Sonborne Prancis pun fakta. Tapi kenapa Laskar Pelangi harus dikategorikan sebagai novel dimana dunia novel adalah dunia fiksi?

Sebuah novel tak perlu menghubungkannya dengan fakta-fakta pengalaman hidup penulisnya. Pengarang bebas menggunakan fakta hidupnya untuk sesuatu makna sebagai respons terhadap persoalan hidup dirinya dan lingkungannya. Dalam novel, apa yang dikisahkan pengarang tidak harus diartikan "telah terjadi secara historis". Semua cerita novel hanya sarana untuk mengungkapkan makna pikiran dan perasaan dalam acuan impian, harapan, dan tata nilai subyektifnya. Intinya novel adalah dunia imajiner.

Laskar Pelangi mengandung fakta-fakta yang dialami penulisnya. Fakta-fakta itu penuh dengan keajaiban, bagaimana anak-anak miskin di pulau gersang itu dapat begitu cemerlang pemikirannya dan sebagian berhasil belajar di sebuah Universitas terkenal di Prancis. Hidup memang penuh keajaiban dan ketidak-masuk akalan, dan kadang sulit dijelaskan. Seperti sebuah fiksi memang tapi kisahnya sendiri adalah dari kejadian nyata.

Fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajiner tapi masuk akal dan mengandung ‘kebenaran’. Meski berupa khayalan fiksi bukan berarti sebagai hasil kerja lamunan, tapi pengkhayatan dan perenungan tentang kehidupan yang dilakukan dengan penuh sadar dan tanggung jawab. Kebenaran fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran didalam dunia nyata (fakta). Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, bisa terjadi di dunia fiksi. Dunia fiksi mengandung berbagai kemungkinan daripada yang ada di dunia nyata. Hal itu karena kreatifitas pengarang bisa tak terbatas. Penulis bisa memanipulasi dan mensiasati berbagai masalah kehidupan didalam karya fiksinya.

Fakta adalah kumpulan kejadian nyata sebagaimana halnya film dokumenter yang merekam kehidupan nyata. Kalau kehidupan nyata itu sudah di bumbui dan ditambah dan di kurangi maka itu sudah menjadi wilayah film dokudrama (dokumenter drama). Meskipun banyak kehidupan nyata yang sering seperti kejadian tidak masuk akal alias fiktif.

Seorang wartawan pastilah menuliskan laporannya setelah mengadakan liputan. Dengan demikian wilayahnya adalah fakta: betul-betul terjadi. Tapi seorang wartawan dalam menulis laporannya haruslah menggunakan segenap ‘imajinasinya’ untuk melaporkan kejadian yang dilihatnya. Jadi didalam fakta yang ditulis wartawan ada unsur ‘fiksi’ meskipun sedikit. Misalnya beritanya tentang seorang Raja A yang meninggal. Wartawan bisa menulis begini : Raja A meninggal dunia. Faktanya memang begitu dan Sah saja kalimatnya begitu. Tapi supaya kalimat itu menjadi lebih ‘hidup’, wartawan itu harus menulis lagi begini: Raja A meninggal dunia hari ini jam 10.00 WIB dirumah sakit B setelah menderita sakit sekian lama bla-bla-bla…..

Dengan demikian batas antara fakta dan fiksi itu tipis sekali. Boleh jadi apa yang kita anggap fakta sebenarnya adalah fiksi. Begitu juga sebaliknya. Jadi kalau mau menganggap Laskar Pelangi adalah fiksi sah saja meskipun isinya berdasarkan fakta yang betul-betul terjadi. Yang penting jangan pernah menganggap hidup kita fiksi meskipun kita bebas mengkhayal tiba-tiba kita bisa terbang seenak udel kita layaknya Superman.

No comments: