Friday, January 23, 2009

FILM SILAT INDONESIA


Banyak yang bertanya kapan indonesia bisa membuat film action setelah sekian lama tidak kelihatan batang hidungnya? Pengertian action sendiri masih punya dua kategori di Indonesia yaitu film Silat dan film action. Padahal keduanya sama pegertiannya, hanya bahasanya yang beda. Tapi pengertian film action disini belum tentu film silat. Karena masih ada yang menganggap film action itu seperti james bond dan sebangsanya dan bukan film silat seperti Jaka Sembung atau Si Buta Dari Goa Hantu.

Film Silat Indonesia pertama dibuat tahun 70an dengan judul Sisa-Sisa Laskar Pajang yang mengambil dari novel silat karya SH Mintardja API DI BUKIT MENOREH (yang benar-benar punya latar belakang silat lokal). Sedangkan film jenis ‘action’ (kejar-kejaran mobil atau motor, tembak-tembakan senjata api) di Indonesia juga sudah banyak terutama yang diproduksi oleh PARKIT FILM dan KANTA INDAH FILM (sekarang diwangkara Film). Tapi tidak penting benar dibahas, pengkategorian seperti itu. Yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa, genre film laga asli Indonesia sebenarnya sangat besar penontonnya. Sayangnya juga kategori penonton di Indonespun masih dikotak-kotakkan. Antara penonton kota dan desa (yang lain membuat kategori A, B, C dst). Padahal sebuah film seharusnya kategorinya umur bukan kelas sosial.

Ada dua jenis film yang sebenarnya tidak pernah bisa kehabisan penonton. Yaitu jenis film laga/silat dan film anak-anak. Penting untuk tetap mempertahkan eksisnya film laga asli Indonesia karena itu sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari orang Indonesia. Seperti orang Cina (termasuk hongkong) yang akrab dengan Kung Fu. Bahkan orang Amerika menganggap bahwa semua orang cina itu bisa kung fu. Ini kan sebuah identitas yang membanggakan. Seharusnya Indonesia mampu seperti itu.

Indonesia boleh dibilang gudangnya pencak silat. Ada beratus-ratus bahkan mungkin beribu aliran pencak silat dari pelosok Idonesia kalu mau didata. Dari mulai yang paling tradisional dengan namanya yang aneh-aneh sampai silat modern yang hanya mengolah seni pernafasan dan tenaga dalam. Dari yang mulai pencak silat fisik sampai yang mengandung gaib-gaib seperti terbang dan bahkan menghilang. Dari yang jurus-jurus tangan kosong sampai memakai senjata golok.

Dengan modal yang sebesar ini seharusnya Indonesia tidak kehabisan para master silat untuk menjadi intruktur Fighting di sebuah produksi film Indonesia. Tapi kenyataannya film silat indonesia sangat dipengaruhi nafas Kung Fu. Dan itu sudah sejak pertama film silat Indonesia dibuat. Pengaruh film-film Hongkong memang sangat besar sehingga film silat Indonesia pun harus menirunya. Padahal pencak silat beda dengan kung fu. Seperti juga Karate berbeda dengan kung fu, berbeda pula dengan taekwondo. Mereka sudah punya identitas di dunia film internasional. Bahkan aliran silat semacam Aikido pun sudah menguasai Hollywood lewat Steven Seagal. Sementara pencak silat Indonesia yang sudah mendunia dan mempunyai cabang dibanyak negara, justru belum bisa muncul ke permukaan film. Jangankan film yang berkaliber internasional, film local Indonesia saja nyaris tidak ada yang bernafaskan pencak silat murni.

Sinetron Serial Jaka Tingkir dan Jaka Tarub yang ditayangkan di RCTI harus mendatangkan instruktur fighting dari Hongkong dan Cina daratan. Kita tidak bisa menyalahkan produser kenapa tidak memakai tenaga local. Buat produser yang semata-mata mencari untung, pasti akan membuat produk yang bagus. Buat produser, intruktur fighting local belum mampu memberikan ‘sesuatu’ yang bisa berbicara. Inilah fakta yang harus diterima juga. Jadi jangan mencemooh kalau cerita legenda Indonesia semacam Jaka Tingkir adegan perkelahiannya memakai gaya Kung Fu, padahal guru Jaka Tingkir jelas-jelas bukan orang Shaolin.

Menyusul Kung Fu, Karate, Taekwondo, Aikido, silat Thailand sudah mampu berbicara di dunia film Internasional dengan ONG BAK –bahkan sudah dua seri. Dan Saat ini para instruktur fighting Hongkong dan Cina sudah dipakai Hollywood dan Eropa disetiap film-film laganya. Mereka orang-orang yang berjuang pertama-tama pastilah soal uang, tapi lama-kelamaan toh bisa menjadi kebanggaan karena budaya negeri mereka akhirnya ikut dibawa serta. Padahal ini hanya soal keahlian. Tapi betapa keahlian kung fu bisa menjadi duta budaya suatu bangsa.

Tidak usahlah muluk menjadi duta bangsa untuk dunia internasional. Bisa membuat film silat indonesia untuk kalangan Indonesia saja sudah lebih dari membanggakan. Yang begini ini harus banding-bandingan. Jangan hanya bisa sebatas mencemooh dan sinis melihat orang lain berkarya. Sudah saatnya para pendekar silat Indonesia yang jumlahnya bejibun turun gunung. Sudah saatnya para sineas Indonesia yang ingin membuat film laga, mengajak mereka untuk ikut andil didalamnya. Ini hanya soal kemauan dan saling kepercayaan. Tanpa itu film silat Indonesia tetap menjadi barang jarahan instrutkur fighting di luar Indonesia. Pencak Silat bergaya Kung Fu. CIAAATTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!

Catatan:
Saat ini tengah di produksi sebuah film yang mengangkat pencak silat asli Indonesia berjudul MERANTAU. Pencak silat yang diambil adalah silat Minang. Instrukturnya master pencak silat Minang. Tapi sutradara sineas Inggris.

No comments: