Monday, January 5, 2009

NOVEL DAN FILM


ADA APA DENGAN “GODFATHER”

Kenapa film Godfather bisa dinobatkan sebagai film terbaik sepanjang masa? Sebelumnya juara film terbaik dipegang Citizen Kane. Tahun 1972, Piala Oscar memberikan penghargaan kepada Film ini sebagai Film terbaik, Skenario terbaik dan aktor terbaik. Karena urusan tulisan disini hanya mengurus scenario, maka paling tidak itulah yang mau dibahas. Tentu saja bahasan saya ini jauh dari sempurna. Hanya sebuah pendapat orang biasa yang pernah belajar ilmu scenario.

Pertama-tama tentu saja harus diingat bahwa scenario film in berasal dari sebuah novel dengan judul sama yang ditulis mario puzo. Ada Perbedaan yang jelas antara novel dan scenario. Novel adalah teks yang memungkinkan penulisnya menuangkan sepenuh imajinasinya ke dalam tulisan. Sementara scenario adalah petunjuk membuat film, seperti halnya sebuah blue print.

Meskipun film dan novel mempunyai beberapa sifat yang sama, tapi keduanya juga memiliki teknih, kebiasaan, kesadaran dan sudut pandang sendiri-sendiri. Tapi pada umumnya sebuah novel memiliki lebih banyak bahan dari yang mungkin dicakup oleh sebuah film. Karena itu sebuah novel tidak dapat diterjemahkan secara lengkap ke dalam sebuah film.

Film mempunyai keterbatasan untuk menggambarkan keadaan mental dan jalan pikiran tokoh-tokohnya scara langsung. Memang film dapat menggambarkan adegan seorang tokoh yang tengah berpikir, merasa dan berbicara, tapi filmtetap tidak dapat memperlihatkan apa pikiran dan perasaan yang sedang berkecamuk di benak tokoh-tokohnya. Ini berbeda dengan novel yang luwe sekali mengungkap riak-riak kecil, bakan yang paling rahasia sekalipun yang dialami tokoh-tokohnya.

Joseph m boggs dalam bukunya ‘Cara Menilai Sebuah Film’ mengatakan bahwa hal pertama yang menjadi perbedaan antara novel dan film adalah soal sudut pandangan. Dalam novel sudut pandangan ini sangat penting karena yang mengawasi dan mengendalikan bentuk yang akan diperoleh novel tersebut. Dalam bahasa filmnya sudut pandangan ini adalah Point of view. Apakah akan menggunakan sudut pandangan orang pertama, kedua atau ketiga atau sudut pandangan yang lain misalnya sudut pandangan penonton. Tapi sudut pandangn yang diperlukan sebenarnya adalah juru kisah yang sanggup melihat ke dalam hati seorang tokoh dan ‘melihat’ apa yang difikirkan.

Meski film dibuat berdasarkan novel, haruslah dilihat sebagai sebuah karya yang berdiri sendiri, memiliki medium dan code yang berbeda. Dalam film terjadi penyeleksian peristiwa-peristiwa yang tidak lagi diceritakan tapi dilihat atau dtonton. Persepsi dan interpretasi terhadap peristiwa didalam novel adalah milik si penulis novel, sedangkan dalam film, langsung menjadi hak penonton.

Akibat dari penyeleksian peristiwa-perostiwa maka juga terjadi perubahan aksentuasi dari permasalahan yang ingin ditonjolkan. Apa yang tadinya didalam novel mendapat porsi penceritaan yang cukup banyak, didalm film porsinya mungkin berbeda. Perbedaan porsi itu juga akan merubah aksentuasi. Tema bisa saja menjadi bergeser.

Skenario film The Godfather ditulis Francis Ford Copolla bersama Mario Puzo. Durasinya 175 menit. Ini cukup panjang dan pastilah hal itu --paling tidak, untuk mengakomodasi seluruh cerita dalam novel yang panjang ini. Karena ditulis bersama penulis novelnya, maka roh ceritanya pastilah terbawa serta. Antara sutradara dan penulis novel pastilah mempunyai sudut pandang yang berbeda. Menyatukan sudut pandang itulah yang memungkinkan scenario film ini menjadi sempurna. Sebagai gambaran awal, dibawah ini basic story dari The Godfather.

Meskipun Mario Puzo dan Copolla merupakan orang amerika, hanya Copolla yang berdarah Italia, tapi cerita ini merupakan kehidupan yang benar-benar menggambarkan orang Italia --yang hidup merantau di amerika. Mungkin akan sama menggambarkan orang Padang atau Batak yang hidup di Jakarta. Tapi bahwa Mario puzo dan Copolla sangat fasih menggambarkan kehidupan Mafia sebagai sebuah organisasi gangster, padahal jelas keduanya bukan anggota Mafia. Hal ini tentu saja, Mario puzo mengerti betul dengan kehidupan mafia dan pastilah karena dipelajarinya, riset tentu saja. Tapi apakah hanya factor itu yang membuat film ini menjadi film terbaik sepanjang masa?

Rumusan terbaik sekali lagi adalah hal yang tak bisa dianalisa dengan gamblang. Saat kita mengatakan film ini film terbaik, orang lain belum tentu sependapat. Karena jelas ukuran terbaik dari film ini karena berdasarkan responden dengan suara terbanyak. Dalam hal ini majalah showbiz Empire Inggris yang melakukan voting yang diberikan oleh 150 orang sutradara. 50 buah kritikan terhadap film dan lebih 10 ribu penonton film. Pada akhirnya terserah kepada yang menontonnya. Boleh setuju dan boleh tidak sependapat.

Saya akan lampirkan disini basic story dan cuplikan scenario aslinya (draft 3).

Basic Story
Godfather adalah sang pemimpin Mafia bernama Don Vito Corleone, pria pemurah yang tak kenal ampun dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan. Ia pria yang ramah, adil dan pemimpin kelompok paling mematikan di Cosa Nostra. Pusat komando Godfather berada di Long Island, tempat ia memimpin kerajaan bawah tanah raksasa yang menguasai berbagai kegiatan bisnis ilegal, perjudian, taruhan pacuan kuda, dan serikat buruh. Tiran, pemeras, pembunuh. Don memberikan persahabatannya (tak ada yang berani menolak) dan menentukan mana yang benar dan mana yang salah (pembunuhan halal dilakukan demi keadilan).The Godfather memaparkan kehidupan Mafia New York City: perebutan kekuasaan, penghargaan terhadap keluarga, cinta, dan loyalitas, dan berbagai konsekuensi hidup di tengah pembunuh, korupsi, dan balas dendam. Para tokohnya merupakan karakter-karakter kompleks yang memiliki harapan, impian, dan ketakutan, tapi juga merupakan pembunuh keji.****


Skenario film the Godfather pernah diterbitkan menjadi buku oleh penerbit akubaca dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A.S.Laksana. Tapi saya akan mencuplikan dari scenario asli dalam bahasa aslinya berikut ini.

Opening atau scene 1:

INT DAY: DON'S OFFICE (SUMMER 1945)

The PARAMOUNT Logo is presented austerely over a black
background. There is a moment's hesitation, and then the
simple words in white lettering:

THE GODFATHER

While this remains, we hear: "I believe in America."
Suddenly we are watching in CLOSE VIEW, AMERIGO BONASERA, a
man of sixty, dressed in a black suit, on the verge of great
emotion.

BONASERA
America has made my fortune.

As he speaks, THE VIEW imperceptibly begins to loosen.

BONASERA
I raised my daughter in the American
fashion; I gave her freedom, but
taught her never to dishonor her
family. She found a boy friend,
not an Italian. She went to the
movies with him, stayed out late.
Two months ago he took her for a
drive, with another boy friend.
They made her drink whiskey and
then they tried to take advantage
of her. She resisted; she kept her
honor. So they beat her like an
animal. When I went to the hospital
her nose was broken, her jaw was
shattered and held together by
wire, and she could not even weep
because of the pain.

He can barely speak; he is weeping now.

BONASERA
I went to the Police like a good
American. These two boys were
arrested and brought to trial. The
judge sentenced them to three years
in prison, and suspended the
sentence. Suspended sentence!
They went free that very day. I
stood in the courtroom like a fool,
and those bastards, they smiled at
me. Then I said to my wife, for
Justice, we must go to The Godfather.

By now, THE VIEW is full, and we see Don Corleone's office
in his home.

The blinds are closed, and so the room is dark, and with
patterned shadows. We are watching BONASERA over the
shoulder of DON CORLEONE. TOM HAGEN sits near a small
table, examining some paperwork, and SONNY CORLEONE stands
impatiently by the window nearest his father, sipping from a
glass of wine. We can HEAR music, and the laughter and
voices of many people outside.

DON CORLEONE
Bonasera, we know each other for
years, but this is the first time
you come to me for help. I don't
remember the last time you invited
me to your house for coffee...even
though our wives are friends.

BONASERA
What do you want of me? I'll give
you anything you want, but do what
I ask!

DON CORLEONE
And what is that Bonasera?

BONASERA whispers into the DON's ear.

DON CORLEONE
No. You ask for too much.

BONASERA
I ask for Justice.

DON CORLEONE
The Court gave you justice.

BONASERA
An eye for an eye!

DON CORLEONE
But your daughter is still alive.

BONASERA
Then make them suffer as she
suffers. How much shall I pay you.

Both HAGEN and SONNY react.

DON CORLEONE
You never think to protect yourself
with real friends. You think it's
enough to be an American. All
right, the Police protects you,
there are Courts of Law, so you
don't need a friend like me.
But now you come to me and say Don
Corleone, you must give me justice.
And you don't ask in respect or
friendship. And you don't think to
call me Godfather; instead you come
to my house on the day my daughter
is to be married and you ask me to
do murder...for money.

BONASERA
America has been good to me...

DON CORLEONE
Then take the justice from the
judge, the bitter with the sweet,
Bonasera. But if you come to me
with your friendship, your loyalty,
then your enemies become my enemies,
and then, believe me, they would
fear you...

Slowly, Bonasera bows his head and murmurs.

BONASERA
Be my friend.

DON CORLEONE
Good. From me you'll get Justice.

BONASERA
Godfather.

DON CORLEONE
Some day, and that day may never
come, I would like to call upon you
to do me a service in return.


Ending : 2 scene terakhir :

INT DAY: DON'S KITCHEN (1955)

She moves back into the kitchen and begins to prepare the
drinks. From her vantage point, as she smilingly makes the
drinks, she sees CLEMENZA, NERI and ROCCO LAMPONE enter the
house with their BODYGUARDS.

She watches with curiosity, as MICHAEL stands to receive
them. He stands arrogantly at ease, weight resting on one
foot slightly behind the other. One hand on his hip, like a
Roman Emperor. The CAPOREGIMES stand before him.

CLEMENZA takes MICHAEL's hand, kissing it.

CLEMENZA
Don Corleone...

The smile fades from KAY's face, as she looks at what her
husband has become.

INT DAY: CHURCH (1955)

KAY wears a shawl over her hand. She drops many coins in
the coin box, and lifts a burning taper, and one by one, in
a pattern known only to herself, lights thirty candles.

THE END

No comments: